Langit Biru-ku,
Langit Biru yang dulu sebiru warna laut itu kini menjadi abu abu legam, muram, tak bernyawa.
Tidak cukup pewarna atau imajinasi untuk mengembalikan Biru itu kembali, selamanya? Mungkin.
Warna yang dulu nya selalu menjadi atap, payung teduh di hari hari saya, kini sudah tidak lagi cemerlang.
Tak sengaja saya menengok ke arah Barat Daya, lalu saya temukan Langit nan Biru itu kini berada di suatu tempat yang tidak jauh dari tempat saya berdiri, namun tidak dapat saya gapai, entah mengapa.
Kini hanya ada langit muram disini, berawan, tidak cerah, tidak cemerlang, kota ini tidak lagi seperti dulu, kota ini tidak lagi berwarna, seakan kehilangan warna terbaiknya untuk memberikan warna tercantiknya untuk saya.
Kemana pun saya mencari dan mencoba, mustahil untuk saya dapat berada di bawah Langit Biru yang indah itu lagi, barang sebentar.
Kini saya cuma bisa berimajinasi, lagi, dan lagi, dan lagi, mungkin hanya itu yang bisa saya lakukan, dan kawan, tetap saya tak mampu mewarnai Langitku menjadi Biru.
Langit Biru ku, aku harap kamu kembali, kembali biru persis di atas ku, menjadi warna terbaik di hari hari ku seperti dulu.
Langit Biru ku, kalau memang kamu tidak akan pernah kembali ke sini, maka biarkanlah aku yang akan mencari mu, sejauh apapun kamu akan pergi, takkan pernah kaki ini lelah.
Langit Biru ku, tetap lah Biru, sebiru lautan di bawah mu.
Aku rindu Langit Biru-ku.
No comments:
Post a Comment